HATI TIDAK TERPENGARUH DENGAN AYAT YANG DI BACA
Syaikh
Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin -semoga Allah merahmati beliau- pernah
ditanya bagaimanakah seseorang mampu untuk menguatkan iman, padahal ketika membaca ayat-ayat
Al Qur’an, ia tidak terpengaruh kecuali sedikit.
Syaikh rahimahullah memberikan
nasehat berharga bahwa yang bertanya seperti ini berarti adalah orang yang
nampak beriman pada hari akhir dan membenarkannya. Akan tetapi, hatinya masih
tertutupi kotoran. Kotoran hati pada zaman kita ini banyak sekali.
Di
antara sebab kotornya hati adalah berpaling dari beribadah dan ketundukan pada
Allah secara sempurna. Seandainya seseorang beribadah dan tunduk pada Allah
secara sempurna, maka ia akan dapati hatinya itu lembut dan penuh kekhusyu’an.
Begitu pula ketika seseorang dapat menerima kandungan Al Qur’an,
juga dapat merenungkan maknanya, maka hatinya pun akan nampak hal yang sama,
yaitu menjadi lembut dan penuh kekhusyu’an. Allah Ta’ala berfirman,
لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآَنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ
“Kalau
sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan
melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah.”
(QS. Al Hasyr: 21).
Sebab lain yang membuat hati tertutup adalah karena cinta dunia dan terfitnah dengan kemewahannya. Oleh karena itu, kita lihat bahwa para pemuda yang belum dibukakan pintu dunia baginya, malah terlihat khusyu’ dan mudah menangis dalam beribadah dibanding dengan orang yang berusia dewasa yang telah diberikan kemewahan dunia. Inilah yang kita saksikan saksikan di Masjidil Haram. Kita lihat bahwa para pemuda yang berumur 18 tahun terlihat lebih mudah menangis ketika mengingat ayat Allah yang berisi ancaman dan motivasi dibanding dengan mereka yang berusia lebih tua. Karena hati mereka lebih lembut dan hatinya tidak banyak tersibukkan dengan dunia. Pandangan mereka tidak ditujukan pada perhiasan dunia yang jauh maupun yang dekat. Oleh karenanya, mereka lebih mudah khusyu’ dan hatinya lebih lembut dibandingkan dengan orang lain yang telah dibukakan pintu dunia.
Nasehat
Syaikh Muhammad Al ‘Utsaimin kepada si penanya adalah agar hatinya cukup
disibukkan dengan agamanya (jangan dilalaikan dengan dunia, -pen). Kemudian
beliau nasehati agar si penanya rajin membaca Al Qur’an sambil
merenungkan makna yang dibaca. Begitu pula beliau nasehatkan agar rajin membaca
berbagai hadits yang berisi
motivasi penyemangat dan juga ancaman supaya bisa terus melembutkan hati.
[Diterjemahkan
secara bebas dari Fatawal ‘Aqidah wa
Arkanil Islam, hal. 95-96, terbitan Darul ‘Aqidah, cetakan pertama, tahun 1425 H]
—
@ Pesantren Darush Sholihin,
Panggang-Gunungkidul, 2 Jumadal Ula 1434 H
Penyusun: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar